0,25 CME

Sindrom Impingement Bahu

Pembicara: Dr. Youssef Fallaha

HOD & Konsultan Bedah Ortopedi, Mediclinic Welcare, DXB

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Sindrom impingement bahu merupakan penyebab umum nyeri bahu yang ditandai dengan kompresi atau impingement tendon rotator cuff dan bursa subakromial antara akromion (tonjolan tulang pada tulang belikat) dan kepala humerus (tulang lengan atas). Kondisi ini sering kali disebabkan oleh gerakan lengan berulang di atas kepala, seperti yang terlihat dalam olahraga atau aktivitas pekerjaan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan iritasi pada struktur di dalam ruang subakromial. Individu dengan sindrom impingement bahu biasanya mengalami nyeri, terutama saat mengangkat lengan di atas kepala atau selama gerakan bahu tertentu. Perawatan konservatif, termasuk istirahat, terapi fisik untuk memperkuat otot rotator cuff, obat antiinflamasi, dan modifikasi aktivitas, sering kali efektif dalam mengelola gejala. Dalam beberapa kasus, jika tindakan konservatif tidak berhasil, suntikan kortikosteroid atau, jarang terjadi, intervensi bedah dapat dipertimbangkan untuk meringankan impingement dan mengembalikan fungsi bahu. Diagnosis dini dan manajemen yang tepat sangat penting untuk hasil yang optimal pada individu dengan sindrom impingement bahu.

Ringkasan Mendengarkan

  • Polusi udara didefinisikan sebagai penurunan kualitas komposisi atmosfer alami oleh sumber manusia atau alam, yang menyebabkan dampak buruk pada manusia, flora, dan fauna. Polutan umum meliputi debu, jelaga, bahan karsinogenik dari kebakaran dan gunung berapi, serta emisi dari pembakaran bahan bakar fosil, pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor. Indeks kualitas udara, terutama di wilayah seperti Delhi NCR, sangat tinggi, menunjukkan tingkat polusi yang parah akibat emisi PM2.5.
  • Hubungan antara polusi udara dan kanker semakin meningkat, dengan peningkatan kasus kanker paru-paru yang signifikan di kalangan bukan perokok dalam beberapa dekade terakhir. Polusi udara sekarang dianggap sama berbahayanya dengan merokok oleh WHO. Kota-kota seperti Delhi menunjukkan angka kejadian kanker yang lebih tinggi dibandingkan dengan kota lain, yang disebabkan oleh polusi udara. Kanker utama meliputi kanker rongga mulut, paru-paru, dan esofagus pada pria, serta kanker payudara dan serviks pada wanita.
  • Beberapa faktor berkontribusi terhadap tingginya tingkat polusi di Delhi, termasuk peningkatan populasi, pembangunan yang tidak terencana, lalu lintas kendaraan, basis industri, dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Geografi yang terkurung daratan dan memecah jerami meringankan masalah tersebut. Debu jalanan, emisi kendaraan, dan polutan industri merupakan penyumbang signifikan terhadap tingkat PM2.5.
  • Polutan seperti partikulat, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida menyebabkan peradangan dan dapat menyebabkan kanker, terutama dengan paparan jangka panjang. Logam berat seperti arsenik, kadmium, dan kromium, bersama dengan pestisida dan bahan kimia industri, juga menimbulkan risiko kanker. Polutan ini dapat mengganggu keseimbangan hormon dan DNA, yang menyebabkan berbagai jenis kanker.
  • Kanker umum yang terkait dengan polusi udara meliputi kanker paru-paru, payudara, hati, kepala, dan leher. Studi menunjukkan korelasi antara paparan PM2.5 dan peningkatan risiko kanker payudara. Polusi udara berdampak negatif pada tingkat kelangsungan hidup individu yang dirawat karena kanker payudara. Gejala di daerah dengan polusi tinggi meliputi sakit tenggorokan, sesak napas, dan sakit tenggorokan berkepanjangan, menyerupai gejala kanker kepala dan leher.
  • Strategi mitigasinya meliputi penggunaan masker dengan filter, membatasi aktivitas di luar ruangan, menggunakan pembersih udara, tetap terhidrasi, dan mengonsumsi makanan kaya antioksidan. Memprioritaskan sumber energi terbarukan dan produk ramah lingkungan sangat penting. Penelitian lebih lanjut tentang kepadatan penduduk dan mitigasi polusi sangat diperlukan. Polusi udara merupakan ancaman kesehatan global utama, menyebabkan jutaan kematian setiap tahunnya.

Komentar