0,18 CME

Hipertensi Paru: Pendekatan Berbasis Kasus

Pembicara: Dokter MV Ramachandra

Konsultan PulmonologiRumah Sakit Kauvery.

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Hipertensi paru merupakan kondisi yang progresif dan melemahkan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi di arteri paru, yang menyebabkan gangguan fungsi jantung dan paru-paru. Pendekatan berbasis kasus ini berfokus pada skenario pasien individual untuk memahami berbagai penyebab, presentasi klinis, dan strategi penanganan hipertensi paru. Alat diagnostik seperti ekokardiografi, kateterisasi jantung kanan, dan tes fungsi paru berperan penting dalam menegakkan diagnosis dan menentukan tingkat keparahan hipertensi paru. Tindak lanjut dan pemantauan pasien secara teratur sangat penting untuk mengevaluasi respons pengobatan, menyesuaikan terapi jika diperlukan, dan mengatasi potensi komplikasi yang terkait dengan hipertensi paru. Perawatan suportif, termasuk latihan fisik, oksigen tambahan, dan dukungan psikologis, berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien hipertensi paru. Diskusi kasus juga berfokus pada pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter spesialis paru, dokter spesialis jantung, dokter spesialis reumatologi, dokter spesialis kandungan, dan spesialis lainnya untuk memberikan perawatan komprehensif bagi pasien hipertensi paru. Pendekatan pengobatan hipertensi paru meliputi terapi vasodilator, diuretik, antikoagulasi, dan pada kasus lanjut, transplantasi paru. Manajemen berbasis kasus melibatkan penyesuaian pengobatan dengan penyebab dasar tertentu, menilai tingkat keparahan penyakit, dan mempertimbangkan faktor-faktor pasien secara individual seperti usia, penyakit penyerta, dan respons terhadap terapi. Penelitian dan kemajuan dalam pemahaman hipertensi paru telah mengarah pada pengembangan terapi yang ditargetkan, seperti antagonis reseptor endotelin, inhibitor fosfodiesterase-5, dan analog prostasiklin, yang menawarkan pilihan pengobatan baru.

Ringkasan Mendengarkan

  • Tekanan arteri pulmonalis rata-rata normalnya adalah 14 plus atau minus 3, dan hipertensi pulmonal didefinisikan sebagai tekanan arteri pulmonalis rata-rata lebih dari 20, menurut pedoman European Respiratory Society saat ini. Pengukuran idealnya diperoleh melalui kateterisasi jantung kanan, yang dianggap sebagai standar emas, meskipun tidak dilakukan secara rutin pada semua pasien. Hipertensi pulmonal diklasifikasikan menjadi lima kelompok, dengan Kelompok 1 secara khusus disebut "hipertensi arteri pulmonal" dan termasuk kondisi idiopatik, herediter, yang diinduksi obat/toksin, dan kondisi terkait seperti gangguan jaringan ikat, HIV, hipertensi portal, penyakit jantung bawaan (khususnya jenis shunt), penyakit veno-oklusif pulmonal, dan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir.
  • Hipertensi pulmonal Kelompok 2 disebabkan oleh penyakit jantung kiri (pasca-kapiler), termasuk penyakit katup dan kondisi jantung yang didapat yang menyebabkan obstruksi. Kelompok 3 mencakup penyakit paru seperti PPOK, ILD, dan kondisi yang menyebabkan hipoksia tanpa penyakit paru, seperti apnea tidur. Kelompok 4 adalah hipertensi pulmonal karena tromboemboli kronis atau tumor arteri pulmonal, sedangkan Kelompok 5 mencakup beragam penyebab seperti gangguan hematologi, penyakit sistemik, dan kondisi seperti sarkoidosis atau mediastinitis fibrosa.
  • Mendiagnosis hipertensi pulmonal meliputi gejala seperti sesak napas, batuk, nyeri dada, suara serak, dan hemoptisis. Pemeriksaan klinis dapat mengungkapkan murmur, getaran, dan tanda-tanda gangguan jaringan ikat. Tanda-tanda seperti sianosis dan edema perifer mungkin ada. Investigasi merupakan kunci diagnosis.
  • Pemeriksaan diagnostik meliputi tes fungsi paru (PFT), oksimetri semalam untuk apnea tidur, gas darah arteri (ABG), EKG, ekokardiografi dengan kemungkinan MRI jantung, dan tes darah untuk gangguan jaringan ikat dan studi genetik. Pencitraan dimulai dengan foto rontgen dada, yang dapat menunjukkan kardiomegali atau tanda-tanda emboli paru seperti tanda Westermark dan benjolan Hampton. Pemindaian CT dan angiogram paru CT (CTPA) memberikan detail lebih lanjut, dan pemindaian VQ berguna untuk mendeteksi tromboemboli kronis.
  • Ekokardiografi menilai ukuran dan fungsi ventrikel kanan, dan kecepatan semburan regurgitasi trikuspid (TRJ), yang menunjukkan hipertensi pulmonal. CT toraks dapat mengungkap penyakit paru atau kelainan jantung bawaan yang terkait dengan hipertensi pulmonal, dan memungkinkan pengukuran diameter arteri pulmonal relatif terhadap aorta. Pemindaian VQ sangat berguna untuk mendeteksi ketidakcocokan VQ pada penyakit tromboembolik kronis, bahkan pada tingkat subsegmental. Kateterisasi jantung kanan adalah alat diagnostik definitif, yang digunakan untuk mengukur tekanan pulmonal dan tekanan baji pulmonal.

Komentar