0,56 CME

Faktor Prognostik pada Limfoma

Pembicara: Dokter KC Goutham Reddy,

Konsultan Senior Onkologi Medis, Karkinos Healthcare, Hyderabad

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Faktor prognostik pada limfoma membantu profesional perawatan kesehatan memprediksi perjalanan penyakit dan menyusun strategi pengobatan. Jenis limfoma tertentu, seperti limfoma Hodgkin atau limfoma non-Hodgkin (NHL), secara signifikan memengaruhi prognosis. Tingkat penyebaran kanker pada saat diagnosis, yang dikategorikan dari stadium I (terlokalisasi) hingga stadium IV (lanjut), memainkan peran penting dalam prognosis. Dalam beberapa kasus, ukuran massa limfoma atau tumor dapat menunjukkan agresivitas penyakit. Membedakan antara limfoma sel B dan sel T sangat penting, karena keduanya memiliki prognosis dan pendekatan pengobatan yang berbeda. Penanda ini menunjukkan laju pembelahan sel dalam sel limfoma, yang membantu memprediksi agresivitas penyakit. Adanya penyakit yang besar, yang ditandai dengan massa tumor yang besar, dapat dikaitkan dengan prognosis yang kurang baik. Usia yang lebih tua sering dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk, terutama pada limfoma agresif.

Ringkasan Mendengarkan

  • Pemaparan ini fokus pada faktor-faktor prognostik dalam limfoma, menekankan bahwa limfoma bukanlah penyakit tunggal, melainkan kelompok kanker yang beragam dengan perilaku dan prognosis yang bervariasi. Diskusi ini dirancang untuk lulusan MBBS dan mengirimkan baru, bertujuan untuk memberikan pemahaman dasar tentang faktor limfoma dan faktor-faktor prognostiknya, bukan detail tingkat lanjut.
  • Faktor-faktor kunci prognostik yang dibahas meliputi jenis limfoma, stadium, penyakit bulky versus non-bulky, usia pasien, status kinerja, kadar LDH, gejala B, keterlibatan sumsum tulang, dan mutasi genetik. Faktor-faktor ini berkontribusi pada skor prognostik, seperti International Prognostic Index (IPI), yang digunakan untuk memprediksi hasil penyakit dan mengarahkan keputusan pengobatan.
  • Pentingnya memahami perkembangan sel B dan pengobatan genetik dalam limfoma yang dihasilkan. Perubahan genetik, seperti translokasi kromosom, hipermutasi somatik yang menyimpang, perolehan jumlah salinan, dan mutasi titik, berperan penting dalam menentukan prognosis limfoma. Teknik seperti FISH dan Next-Generation Sequencing (NGS) digunakan untuk mendeteksi perubahan genetik ini.
  • Diskusi tersebut menunjukkan biopsi cair sebagai teknik yang berkembang untuk menyatukan prognosis limfoma. Biopsi cair melibatkan analisis DNA yang berasal dari tumor dalam aliran darah untuk mendeteksi kekambuhan atau perkembangan penyakit.
  • Pemaparan menjelaskan signifikansi konsep limfoma double hit atau triple hit, terutama mengenai limfoma sel B besar difus (DLBCL). Kategori ini ditentukan oleh adanya aberasi genetik pada gen bcl2, bcl6, dan mck dan berdampak pada agresivitas limfoma dan pengobatan yang dibutuhkan.
  • Tes aspirasi sumsum tulang dibahas dalam kaitannya dengan penilaian keterlibatan penyakit dan mengarahkan keputusan pengobatan, terutama pada limfoma agresif.

Komentar