0,29 CME

Pencegahan & Penanganan Cedera Pemain Kriket.

Pembicara: Dr. Murtuza Sabuwala

Alumni- Dr. DY Patil Vidyapeeth

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Kriket adalah olahraga populer yang dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Namun, seperti olahraga lainnya, kriket juga dapat mengakibatkan cedera pada pemain. Cedera ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti penggunaan berlebihan, teknik yang salah, atau kecelakaan. Untuk mencegah dan menangani cedera pemain kriket, penting bagi pemain, pelatih, dan staf medis untuk memahami jenis cedera yang dapat terjadi dan praktik terbaik untuk pencegahan dan pengobatan. Mencegah cedera pemain kriket memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup pelatihan, pengondisian, dan peralatan yang tepat. Salah satu aspek terpenting dari pencegahan cedera adalah teknik yang tepat. Aspek penting lainnya dari pencegahan cedera adalah pengondisian. Pemain harus terlibat dalam program kekuatan dan pengondisian rutin yang mencakup latihan untuk meningkatkan fleksibilitas, daya tahan, dan kekuatan. Ini dapat membantu mengurangi risiko cedera akibat penggunaan berlebihan, seperti fraktur stres dan tendonitis. Sebelum pemain kriket kembali bermain setelah cedera, mereka harus menjalani evaluasi menyeluruh untuk memastikan bahwa mereka pulih sepenuhnya dan dapat bermain tanpa risiko cedera lebih lanjut. Profesional medis dapat merekomendasikan kembalinya permainan secara bertahap, dimulai dengan aktivitas intensitas rendah dan secara bertahap meningkatkan intensitas dari waktu ke waktu.

Ringkasan

  • Cedera akibat penggunaan berlebihan/berulang-ulang dan cedera akibat benturan. Cedera akibat penggunaan berlebihan umum terjadi pada bowler dan fielder karena tindakan berulang-ulang seperti melempar, sementara cedera akibat benturan biasanya memengaruhi batsman dan fielder akibat kontak langsung dengan bola atau pemain lain. Cedera paling sering terjadi pada tungkai atas dan bawah, serta punggung bawah/perut, tergantung pada peran pemain.
  • Pemain bowling cepat sangat rentan cedera karena tuntutan fisik yang tinggi dan teknik khusus yang terlibat. Faktor risiko meliputi kondisi fisik yang tidak memadai, teknik bowling yang buruk, volume latihan yang tinggi, kurangnya fleksibilitas (terutama pada otot paha belakang dan punggung bawah), postur tubuh lateral, masalah rotasi balik bahu, sudut lutut saat melepaskan bola, penggunaan berlebihan, peningkatan beban kerja yang cepat, panjang langkah yang berlebihan, pemanasan yang tidak memadai, dan kembali bermain sebelum waktunya setelah cedera.
  • Pemain pemukul sering mengalami cedera tungkai bawah akibat berlari di antara wicket, terutama dalam format intensitas tinggi. Faktor risiko meliputi penggunaan berlebihan, kurangnya fleksibilitas dan kekuatan, pelatihan khusus olahraga yang tidak memadai, dan kontak langsung dengan bola atau pemain lain. Pemain bertahan rentan terhadap cedera otot (terutama di paha depan dan paha belakang) dan cedera akibat benturan dari bola atau pemain lain.
  • Cedera bahu yang umum dalam kriket sering kali terkait dengan gerakan melempar. Penggunaan bahu yang berlebihan dapat menyebabkan kondisi seperti tendonitis, robekan otot rotator, dan sindrom benturan. Ketidakseimbangan antara kekuatan otot rotator eksternal dan internal dapat menyebabkan migrasi kepala humerus, mengurangi ruang subakromial, dan menyebabkan benturan.
  • Cedera siku dapat terjadi akibat teknik batting atau bowling yang tidak tepat, serta peralatan yang tidak sesuai (misalnya, bat yang terlalu berat). Bowler yang memberikan tekanan berlebihan pada siku untuk meningkatkan kecepatan bola berisiko mengalami cedera. Cedera pada lengan samping yang tidak digunakan untuk bowling dapat terjadi saat lengan ditarik ke bawah dari posisi elevasi maksimum dengan sedikit fleksi lateral selama gerakan melempar terakhir.
  • Cedera punggung bawah, khususnya spondylolysis dan fraktur stres, umum terjadi pada pemain bowling cepat, khususnya pada level L4/L5. Beban asimetris pada tulang belakang lumbar selama bowling dapat menyebabkan cedera ini.
  • Cedera lutut dalam kriket, meskipun kurang umum, dapat mencakup tendinopati patela, yang sering kali merupakan cedera akibat penggunaan berlebihan, dan ketegangan otot hamstring, yang terjadi selama gerakan eksplosif. Cedera pergelangan kaki, meskipun mencakup sekitar 11% cedera, dapat melibatkan telapak kaki atau kaki belakang, sedangkan kaki depan lebih rentan terhadap cedera akut. Plantarflexing kaki saat melakukan gerakan dapat mengakibatkan benturan posterior dan pembentukan taji tulang.
  • Pencegahan cedera melibatkan program kekuatan dan pengondisian komprehensif yang menekankan pelatihan menengah, pembebanan eksentrik, kekuatan dan fleksibilitas otot inti, serta stabilitas kompleks panggul panggul. Program pengondisian harus memperhatikan transposisi batang tubuh dan kontrol dinamis batang tubuh dan panggul. Latihan ekstensi pinggul dan hamstring Nordik sangat penting untuk mencegah cedera hamstring.
  • Program rehabilitasi harus disesuaikan dengan cedera yang dialami. Rehabilitasi bahu difokuskan pada penguatan otot skapula dan rotator eksternal. Rehabilitasi hamstring berkembang dari latihan clamshell ke glute bridge hingga latihan Nordic untuk membangun kekuatan eksentrik.

Komentar