0,79 CME-nya

Nutrisi pada penyakit hati

Pembicara: Dokter Daphnee DK

Kepala Ahli Gizi Klinik Rumah Sakit Apollo, Chennai Kepala Departemen Gizi, Rumah Sakit Apollo, Chennai

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Pada penyakit hati, asupan protein sedang membantu mencegah produksi amonia berlebihan, yang mendukung fungsi hati. Pola makan seimbang dengan karbohidrat terkontrol dan lemak sehat membantu produksi energi dan menghindari stres berlebihan pada hati. Suplemen vitamin dan mineral yang tepat mengatasi kekurangan yang umum terjadi pada penyakit hati, yang mendukung kesehatan secara keseluruhan. Menjaga hidrasi yang cukup sangat penting, karena mendukung fungsi hati dan membantu menghilangkan racun dari tubuh. Pola makan rendah natrium membantu mengelola retensi cairan, komplikasi umum pada penyakit hati seperti sirosis. Menyesuaikan asupan kalori dengan kebutuhan individu mencegah malnutrisi dan menyediakan energi untuk aktivitas sehari-hari. Menghilangkan alkohol dan membatasi paparan racun sangat penting dalam menjaga fungsi hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Asam lemak omega-3 dari sumber seperti ikan atau biji rami mungkin memiliki efek anti-inflamasi, yang bermanfaat bagi kesehatan hati.

Ringkasan Mendengarkan

  • Webinar ini fokus pada tujuan pembelajaran terkait malnutrisi pada penyakit hati, termasuk prevalensi, penyebab, pola, dan konsekuensinya. Webinar ini bertujuan untuk membantu para profesional kesehatan mengenali masalah nutrisi dan memahami patofisiologi di balik sarkopenia pada penyakit hati, serta belajar menggunakan alat skrining dan penilaian nutrisi untuk menentukan risiko hasil klinis yang buruk akibat sarkopenia. Strategi pengobatan untuk mengoptimalkan pasien dengan penyakit hati juga dibahas.
  • Sirosis hati seringkali merupakan hasil dari beberapa penyakit hati kronis yang diabaikan hingga terjadi dekompensasi, yang ditandai dengan asites, peritonitis bakteri spontan, perdarahan gastrointestinal, dan ensefalopati hepatik. Perkembangan ini pada akhirnya dapat menyebabkan transplantasi hati. Malnutrisi merupakan masalah yang umum namun kurang dilaporkan pada penyakit hati stadium akhir, termasuk sarkopenia (penurunan massa otot) dan penurunan massa lemak, atau kombinasi keduanya (kakeksia hepatik).
  • Presentasi ini menguraikan algoritma untuk menilai risiko malnutrisi, dengan Child-Pugh Kelas C secara otomatis dianggap berisiko tinggi. Untuk Child-Pugh A dan B, BMI mempertimbangkan, dengan individu yang kekurangan berat badan berisiko tinggi. Berbagai alat penilaian, termasuk penilaian global subyektif, Penilaian Global Rumah Sakit Royal Free, dan penilaian asupan makanan. Penilaian yang lebih canggih untuk sarkopenia, seperti CT scan, DEXA, dan BIA, biasanya tidak dilakukan secara rutin tetapi dapat bermanfaat, terutama untuk pasien yang menunggu transplantasi.
  • Penyesuaian kelebihan cairan sangat penting dalam menilai status gizi. Pedoman menyarankan pengurangan jumlah berat badan tertentu untuk asites dan edema ringan, sedang, dan berat untuk memikirkan berat badan kering. Kriteria modifikasi BMI digunakan untuk menjelaskan keparahan asites, dengan batas bawah BMI yang lebih rendah menunjukkan malnutrisi dengan adanya peningkatan asites. Meskipun parameter biokimia seperti albumin dan prealbumin bermanfaat, parameter tersebut terutama mencerminkan keparahan penyakit daripada status gizi saja.
  • Sarkopenia, atau hilangnya massa dan kekuatan otot rangka, umum terjadi pada penderita sirosis hati yang mengalami dekompensasi. Penting untuk menilai kekuatan otot, bukan hanya massa otot. Kekuatan otot dapat diukur menggunakan dinamometer genggam. Sarkopenia terkait dengan kebutuhan protein, yang lebih tinggi pada pasien sirosis karena berkurangnya produksi protein dan peningkatan degradasi protein. Penyebab sarkopenia pada sirosis bersifat multifaktorial, termasuk alasan genetik, komplikasi hipertensi portal, sirosis alkohol, kurangnya aktivitas fisik, peningkatan glukoneogenesis hepatik, dan peningkatan produksi amonia. Kelaparan dipercepat lebih umum terjadi pada penyakit hati yang menyebabkan degradasi protein dan konsumsi otot.
  • Strategi pengobatan meliputi mengatasi kondisi yang mendasarinya, memberikan nutrisi optimal, dan menerapkan olahraga. Mengelola komplikasi seperti infeksi dan hipertensi portal merupakan kunci. Untuk pasien penderita ensefalopati hepatik, suplementasi BCAA (asam amino rantai cabang) dapat bermanfaat. Pembatasan natrium penting untuk mengatasi asites dan edema, meskipun garam dapat membuat pasien makan lebih sedikit. Penting juga untuk mengontrol asupan karbohidrat agar mereka yang mengalami intoleransi glukosa. Terakhir, strategi pengobatan meliputi pengelolaan malabsorpsi lemak, dan suplementasi dengan suplemen tinggi kalori dan tinggi protein.

Komentar