1,72 CME

Pelestarian Kesuburan dan Endometriosis

Pembicara: Dr. Sonu Singh

Konsultan Bedah Endoskopi, Institut Ilmu Kedokteran Vivekanand, Lucknow

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Pelestarian kesuburan merupakan pertimbangan penting bagi individu dengan endometriosis, suatu kondisi yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi. Endometriosis dapat menyebabkan jaringan parut panggul, kista ovarium, dan kerusakan tuba falopi, yang memengaruhi potensi kesuburan. Pilihan untuk pelestarian kesuburan meliputi kriopreservasi oosit atau embrio sebelum menjalani intervensi bedah untuk endometriosis. Konsultasi dengan ahli endokrinologi reproduksi dapat membantu individu dengan endometriosis mengeksplorasi pilihan pelestarian kesuburan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pengobatan spesifik mereka. Deteksi dan intervensi dini untuk endometriosis, dikombinasikan dengan strategi pelestarian kesuburan, dapat mengoptimalkan peluang untuk menjadi orang tua bagi individu yang terkena kondisi ini.

Ringkasan Mendengarkan

  • Endometriosis, penyakit radang kronis yang mempengaruhi sekitar 10% wanita usia subur, dapat secara signifikan mengurangi tingkat kesuburan. Kondisi ini mempengaruhi kesuburan melalui distorsi anatomi panggul, adenomiosis, peradangan lokal, dan gangguan migrasi sel telur. Endometriosis yang tidak diobati dapat mengurangi cadangan ovarium, menimbulkan dilema pengobatan karena intervensi bedah berisiko menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada ovarium. Pelestarian kesuburan harus dipertimbangkan sejak kunjungan pasien pertama.
  • Prosedur bedah, khususnya sistektomi, dapat merusak cadangan ovarium, terlepas dari ketelitian ahli bedah. Alternatif seperti laser CO2 dan energi plasma, yang menyebabkan kerusakan lebih sedikit, tidak mudah tersedia di India. Skleroterapi, teknik hemat biaya yang menggunakan etanol, adalah pilihan baru yang sedang dieksplorasi, tetapi studi jangka panjang masih diperlukan untuk menilai efikasinya. Tujuannya selalu meminimalkan kerusakan pada cadangan ovarium sambil mengatasi penyakit tersebut.
  • Kriopreservasi oosit, meskipun populer, memiliki kekhawatiran mengenai efikasi, kualitas oosit yang disimpan, dan efektivitas biaya. Pembekuan oosit elektif harus direncanakan dengan tepat, idealnya ketika cadangan ovarium masih normal dan kehamilan tidak segera diinginkan, seperti yang ditunjukkan oleh studi Kobo. Usia optimal untuk kriopreservasi oosit adalah sekitar 35 tahun, dan harus dipertimbangkan sebelum operasi.
  • Keputusan untuk melakukan pelestarian kesuburan harus diindividualisasikan, dengan mempertimbangkan usia pasien, gejala, dan cadangan ovarium. Konseling reproduksi yang tepat, yang mencakup konsultan reproduksi, sangat penting. Jika kehamilan segera diinginkan, kehamilan spontan atau IVF harus dipertimbangkan. Jika kesuburan dapat ditunda, kriopreservasi oosit mungkin menjadi pilihan.
  • Evaluasi kasus per kasus sangatlah penting, karena pendekatan pelestarian untuk pelestarian kesuburan tidaklah tepat. Konseling reproduksi yang tepat harus dimulai sejak dini, dengan mempertimbangkan baik tujuan kesuburan maupun manajemen nyeri. Perubahan gaya hidup seperti diet, olahraga, dan menghindari merokok dan alkohol dapat membantu meningkatkan potensi kesuburan. Teknik bedah yang lebih baru seperti skleroterapi menawarkan alternatif untuk melestarikan cadangan ovarium.

Komentar