0,06 CME

Diagnosis dan Penatalaksanaan Gangguan Pernapasan Saat Tidur

Pembicara: Dr Deepak Muthreja​

Konsultan Paru Intervensional, Rumah Sakit Vivek, Nagpur

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Gangguan Pernapasan Tidur adalah istilah untuk sekelompok kondisi dengan pola pernapasan abnormal saat tidur. Hal ini memengaruhi fungsi dan kesejahteraan sehari-hari. Ada beberapa jenis SDB yang meliputi resistensi saluran napas atas, hipopnea, apnea, katatrenia, dan mendengkur keras. Orang yang menderita SDB dapat mengalami gejala di siang hari yang juga mengakibatkan kurang tidur. Bisa juga terjadi rasa kantuk, suasana hati tertekan, mudah tersinggung, dan disfungsi kognitif.

Ringkasan Mendengarkan

  • Tidur adalah keadaan fisiologis vital dan dinamis yang diperlukan untuk kesehatan dan kesejahteraan. Memperioritaskan tidur yang cukup, idealnya tujuh jam, sangat penting untuk mendukung sistem kekebalan tubuh, kesehatan kardiovaskular, dan penyembuhan secara keseluruhan. Tidur yang nyenyak ditentukan oleh waktu tidur dan bangun tidur yang teratur, lingkungan tidur yang nyaman (gelap, tenang, suhu nyaman), dan menghindari tidur siang, alkohol, kafein, dan olahraga larut malam.
  • Tidur terdiri dari beberapa tahap, termasuk NREM (tahap 1-4) dan tidur REM, masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Tahap 3 dan 4 tidur NREM, atau "tidur gelombang lambat," adalah yang paling restoratif, mendorong proses penyembuhan. Tidur REM dikaitkan dengan pembelajaran, konsolidasi memori, dan bermimpi. Gangguan pada tahapan tidur dapat menunjukkan berbagai gangguan tidur.
  • Beberapa faktor dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk, termasuk alkohol, pil tidur, jet lag, shift kerja, penggunaan layar, kafein, dan suhu ekstrem. Selama tidur, tubuh mengalami perubahan, seperti peningkatan tonus parasimpatis, penurunan detak jantung dan tekanan darah, penurunan ventilasi, dan perubahan sekresi hormon.
  • Kurang tidur menyebabkan penurunan kewaspadaan, peningkatan iritabilitas, gangguan konsentrasi, dan peningkatan risiko kecemasan, depresi, kecelakaan, dan masalah kardiovaskular. Kehilangan tidur kronis dapat mengganggu fungsi kognitif dan meningkatkan kemungkinan mengembangkan sindrom metabolik dan diabetes tipe 2.
  • Gangguan pernapasan tidur (SDB) mencakup berbagai kondisi, termasuk mendengkur primer, apnea tidur obstruktif (OSA), apnea tidur sentral, dan hipoventilasi nokturnal. OSA, yang ditandai dengan kolaps saluran napas selama tidur, dapat menyebabkan mikro-arousal, fragmentasi tidur, dan penurunan saturasi oksigen, meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular.
  • Faktor risiko OSA meliputi obesitas, jenis kelamin laki-laki, peningkatan usia, konsumsi alkohol, dan riwayat keluarga. Gejala umum OSA adalah mendengkur, sering buang air kecil, pernafasan tidak teratur saat tidur, keringat malam, dan kantuk di siang hari. OSA juga lazim pada penyakit lain seperti gagal jantung, hipertensi resisten, fibrilasi atrium, stroke, depresi, dan diabetes tipe 2.
  • Pemeriksaan OSA meliputi penilaian gejala dan menggunakan kuesioner seperti STOP-Bang. Tes diagnostik meliputi polisomnografi (PSG) yang dilakukan di laboratorium tidur (Tipe 1) atau pengujian tidur di rumah (HST) menggunakan berbagai perangkat (Tipe 2-4). Indeks apnea-hipopnea (AHI), dihitung sebagai jumlah apnea dan hipopnea per jam tidur, menentukan tingkat keparahan OSA.
  • Penanganan OSA meliputi modifikasi gaya hidup, intervensi bedah, alat reposisi mandibula (MRD), dan terapi tekanan udara positif (PAP). Terapi PAP, termasuk CPAP, APAP, dan bilevel PAP, memberikan tekanan terus menerus untuk menjaga saluran napas tetap terbuka. Pemantauan jarak jauh dapat meningkatkan pemenuhan pengobatan melalui pendidikan pasien, optimasi, dan telemonitoring.

Komentar