0,6 CME

Sepsis dan Gagal Pernapasan: Pendekatan Sederhana

Pembicara: Dr. Zubair Ashraf

Konsultan Pulmonologi, Rumah Sakit Buch, Multan

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Sepsis dan gagal napas sering kali saling terkait erat, dengan sepsis yang menyebabkan peradangan sistemik yang dapat mengganggu fungsi paru-paru dan mengakibatkan gagal napas akut. Pendekatan yang disederhanakan melibatkan identifikasi dini sepsis, pemberian antibiotik segera, dan perawatan suportif seperti terapi oksigen atau ventilasi mekanis untuk mengelola gagal napas. Intervensi tepat waktu dan pemantauan ketat sangat penting untuk meningkatkan hasil pada pasien yang sakit kritis ini.

Ringkasan

  • Sepsis adalah kondisi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan disfungsi organ akibat respons tubuh yang tidak teratur terhadap infeksi. Kondisi ini merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit, sehingga pemahaman tentang kondisi ini sangat penting bagi para profesional medis. Penanganan yang efektif memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter gawat darurat, dokter umum, dan spesialis seperti dokter spesialis paru, dokter spesialis gastroenterologi, dan dokter bedah, bersama dengan dokter perawatan kritis di ICU.
  • Sepsis dapat menyebabkan gagal napas akibat badai sitokin, yang mengakibatkan peradangan, kebocoran kapiler, dan penumpukan cairan di alveoli, sehingga mengganggu pertukaran gas. Hipotensi yang terkait dengan syok septik berkontribusi terhadap asidosis laktat dan hipoksia seluler, yang selanjutnya merusak alveoli.
  • ARDS, atau Sindrom Gangguan Pernapasan Akut, memiliki mekanisme yang mirip dengan gagal napas akibat sepsis, termasuk kerusakan akibat peradangan, peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler, dan defisiensi surfaktan. ARDS memicu siklus produksi sitokin, pelepasan mediator inflamasi, dan penurunan kadar oksigen, yang memengaruhi banyak organ.
  • Tanda-tanda awal gagal napas pada sepsis meliputi takipnea, peningkatan laju pernapasan, dan penggunaan otot bantu untuk bernapas. Tanda-tanda lanjut meliputi sianosis, kebingungan, penurunan GCS, dan hipoksemia. Tanda-tanda vital, termasuk laju pernapasan, merupakan indikator penting. Gas darah arteri yang menunjukkan penurunan PaO2 juga menandakan gagal napas.
  • Gagal napas tipe 1 didefinisikan sebagai PaO2 kurang dari 60 mmHg dengan PaCO2 normal atau berkurang, sedangkan tipe 2 melibatkan PaO2 kurang dari 60 mmHg dengan PaCO2 meningkat. Kondisi yang mendasari seperti PPOK, asma berat, gagal jantung lanjut, masalah neuromuskular, dan sindrom hipoventilasi akibat obesitas meningkatkan risiko gagal napas tipe 2.
  • Indikasi untuk ventilasi mekanis pada gagal napas akibat sepsis meliputi saturasi oksigen yang tidak memadai meskipun oksigen aliran tinggi, PaO2 kurang dari 55-60 mmHg, peningkatan laju pernapasan, agitasi, syok sirkulasi, dan penurunan GCS. Strategi pengobatan meliputi suplementasi oksigen dan ventilasi non-invasif.
  • Komplikasi potensial dari ventilasi mekanis meliputi pneumonia terkait ventilator (VAP) dengan organisme yang resistan terhadap berbagai obat, barotrauma, cedera paru terkait ventilator, penurunan curah jantung, ulkus stres, perdarahan GI, dan ulkus dekubitus. Pemantauan berkelanjutan sangat penting untuk segera mengatasi komplikasi ini.
  • Tindakan pencegahan meliputi pengenalan dini dan penanganan infeksi segera dengan antibiotik, pengendalian sumber infeksi, resusitasi cairan, dan pemberian oksigen. Strategi ventilasi pelindung paru, optimalisasi hemodinamik, perawatan luka baring, dan meninggikan kepala tempat tidur membantu meminimalkan komplikasi.

Komentar