0,39 CME

Resusitasi Trauma

Pembicara: Dr. Annu Yadav

MBBS,CCT EM, MRCEM (UK) Dokter Gawat Darurat, Rumah Sakit Spesialisasi Max, Gurgaon

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Sasaran resusitasi pascatrauma adalah memulihkan aliran darah dan oksigenasi ke organ vital serta mencegah cedera lebih lanjut. Pasien trauma sering kali sakit kritis dan mungkin memerlukan transportasi cepat ke pusat trauma untuk perawatan lanjutan. Penggunaan teknik pencitraan dan diagnostik canggih, seperti pemindaian CT, dapat membantu dalam identifikasi dan penanganan cedera. Pengendalian perdarahan, baik melalui tekanan langsung maupun intervensi bedah, sering kali menjadi komponen utama resusitasi trauma. Penggunaan operasi pengendalian kerusakan, yang berfokus pada stabilisasi kondisi pasien daripada perbaikan definitif, mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.

Ringkasan Mendengarkan

  • Pembicara membahas manajemen awal pasien trauma yang tiba di departemen gawat darurat, dengan tekanan pendekatan ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure). Manajemen jalan napas meliputi memastikan kepatenannya, stabilisasi tulang belakang servikal, dan oksigenasi yang tepat, berpotensi menggunakan alat bantu jalan napas seperti saluran napas nasofaring atau orofaring, atau melanjutkan ke intubasi endotrakeal atau jalan napas bedah jika diperlukan.
  • Penilaian pernapasan fokus pada ventilasi yang memadai, dengan mempertimbangkan fungsi paru-paru, integritas dinding dada, dan fungsi diafragma. Intervensi mengatasi kondisi seperti pneumotoraks tegang atau hemotoraks. Pneumotoraks sederhana dapat dengan cepat berubah menjadi pneumotoraks tegang selama intubasi, yang memerlukan manajemen yang tepat.
  • Manajemen sirkulasi meliputi penilaian cepat status hemodinamik melalui tingkat kesadaran, perfusi kulit, dan denyut nadi. Mengidentifikasi dan mengendalikan perdarahan internal dan eksternal sangat penting. Resusitasi cairan harus dikelola dengan hati-hati, dengan saline isotonik pada awalnya, diikuti oleh produk darah jika perlu. Asam tranexam direkomendasikan untuk pasien yang berisiko mengalami koagulopati.
  • Disabilitas dinilai melalui Glasgow Coma Scale (GCS), pembukaan mata, respon verbal, dan respon motorik. Ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya juga dinilai untuk status neurologi. Eksposur meliputi pemeriksaan pasien secara menyeluruh untuk cedera sambil mencegah hipotermia melalui tindakan pemanasan.
  • Pengujian di tempat perawatan (POCT) seperti ABG untuk menilai pH dan kelebihan basa untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok dan EKG untuk aritmia digunakan. Foto rontgen dada portabel mengesampingkan pneumotoraks atau hemotoraks. Jika kejanggalan perut terjadi, pemindaian Focused Assessment with Sonography for Trauma (eFAST) yang kebohongan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi cairan bebas atau tamponade jantung. Skenario kasus digunakan untuk menguji pemahaman.

Komentar