0,42 CME

Tren terkini dalam pengelolaan Diabetes Tipe 2

Pembicara: Dr. Vasanth Kumar

Dokter Umum Senior Rumah Sakit Apollo, Hyderabad Presiden RSSDI Pendiri dan Presiden Diabetes and You Society (DAY Society)

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Kemajuan terkini dalam penemuan obat telah menghasilkan munculnya terapi inovatif untuk pengobatan diabetes. Kelas obat yang menjanjikan, termasuk mimetik Incretin, analog Amylin, analog GIP, reseptor pengaktif proliferator Peroksisom, dan inhibitor dipeptidyl peptidase-4, telah diidentifikasi sebagai target potensial. Selain itu, eksplorasi senyawa bioaktif dari tanaman telah merevolusi pencarian pengobatan yang efektif dalam manajemen diabetes. Teknologi menarik seperti radiasi inframerah, spektroskopi Raman, pencitraan termal, spektroskopi fotoakustik, dan gelombang milimeter menawarkan kemungkinan pemantauan kadar glukosa darah non-invasif dan berkelanjutan, sehingga menghilangkan kebutuhan akan tusukan jari yang menyakitkan. Selain itu, penelitian imunoterapi yang sedang berlangsung menunjukkan harapan dalam mencegah atau menunda timbulnya diabetes Tipe 1, terutama bagi individu dengan kecenderungan genetik terhadap penyakit tersebut. Beberapa pendekatan sedang dikembangkan, termasuk pemanfaatan vaksin tuberkulosis, pengembangan antibodi monoklonal, dan modifikasi peptida sintetis. Dengan semakin banyaknya studi klinis, masa depan tampak menjanjikan bagi pasien diabetes.

Ringkasan Mendengarkan

  • Perkumpulan Riset untuk Studi Diabetes India (RSSDI) telah menerbitkan pedoman pengelolaan diabetes, namun pada akhirnya, pengobatan harus diindividualisasikan berdasarkan kebutuhan pasien. Diabetes tipe 2 ditandai dengan kadar glukosa darah puasa melebihi 126 mg/dL, atau kadar glukosa postprandial di atas 200 mg/dL. Modifikasi gaya hidup, termasuk pola makan, aktivitas fisik, tidur yang cukup, pengurangan stres, dan menghindari merokok serta konsumsi alkohol berlebihan, sangat penting dalam mengelola diabetes.
  • Keputusan pengobatan harus mempertimbangkan usia pasien, berat badan (BMI), adanya komplikasi, durasi diabetes, status penyakit kardiovaskular, dan kadar glukosa darah saat ini. Hipoglikemia merupakan kekhawatiran yang signifikan, terutama pada pasien lanjut usia. Pertimbangan finansial juga berperan dalam pemilihan obat untuk memastikan pemenuhan jangka panjang.
  • Pengelolaan diabetes yang efektif meliputi pemantauan glukosa darah secara teratur (frekuensi tergantung pada individu), kepatuhan terhadap obat yang diresepkan (oral atau insulin), dan rekomendasi aktivitas fisik yang disesuaikan. Nasihat diet juga sangat penting, fokus pada nutrisi kalori (jika kelebihan berat badan), manajemen karbohidrat (membatasi hingga sekitar 50% dari asupan, mengutamakan sumber yang tidak dimurnikan), asupan protein yang cukup, dan lemak sehat.
  • Saat memberikan rekomendasi diet, memperhitungkan faktor-faktor seperti menghitung kalori, jenis asupan karbohidrat, sumber protein, jenis lemak, dan konsumsi sayuran dan buah-buahan. Karbohidrat tidak dimurnikan dengan kandungan serat tinggi, seperti beras merah, tepung gandum utuh, dan millet, lebih disukai daripada makanan karbohidrat. Daging tanpa lemak dan sumber nabati harus diprioritaskan untuk asupan protein.
  • Dalam hal intervensi farmakologis, Metformin seringkali menjadi pilihan lini pertama untuk mengelola diabetes. Inhibitor SGLT2 semakin banyak digunakan karena manfaat ginjal dan kardiovaskularnya. Analog GLP-1, termasuk semaglutide oral, dapat secara efektif mengurangi berat badan. Saat meresepkan obat apa pun, penting untuk mengetahui mekanisme kerja, efikasi, efek samping, tindakan pencegahan, dan kontraindikasi.
  • Dalam konteks India, diabetes tipe 2 sering dimulai pada usia yang lebih muda dan dapat terjadi pada individu dengan BMI yang lebih rendah. Pasien India cenderung memiliki resistensi insulin, penurunan fungsi sel beta yang cepat, dislipidemia, dan kekurangan vitamin. Memperhatikan kekhasan ini sangat penting saat mengelola diabetes pada pasien India.
  • Ada berbagai subtipe diabetes tipe 2, yang memerlukan strategi manajemen individu. Teknologi yang lebih baru, seperti pemantauan glukosa kontinu (CGM), sangat berharga bagi penderita diabetes tipe 2 muda, mereka yang membutuhkan banyak obat, dan mereka yang memiliki komplikasi. Pompa insulin menawarkan pilihan canggih lainnya, terutama untuk individu yang membutuhkan dosis insulin lebih tinggi atau mereka yang menderita diabetes tipe 1.
  • Komunikasi dan manajemen yang efektif juga memerlukan pemahaman teknologi. Meskipun teknologi penting, keterjangkauan bagi pasien merupakan pertimbangan penting. Pemantauan glukosa darah di rumah menggunakan glukometer merupakan pendekatan yang memberdayakan dan menghemat biaya. Tenaga kesehatan harus tetap mengetahui teknologi yang muncul dan penerapannya dalam pengelolaan diabetes.

Komentar