3.17 CME

Pendekatan Baru Pengobatan Neuropati Diabetik

Pembicara: Dr Ahmed Hamouda Ali Arnaout.

Konsultan Penyakit Dalam, Rumah Sakit Mediclinic Timur Tengah, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Perawatan yang muncul untuk neuropati diabetik berfokus pada penanganan akar penyebabnya dan memberikan bantuan simtomatik. Terapi baru meliputi obat manajemen nyeri tingkat lanjut, teknik regenerasi saraf, dan penggunaan antioksidan seperti asam alfa-lipoat. Pendekatan pengobatan regeneratif, seperti terapi sel punca, bertujuan untuk memperbaiki saraf yang rusak. Rencana perawatan yang dipersonalisasi yang menggabungkan perubahan gaya hidup, kontrol glikemik, dan terapi fisik semakin penting. Strategi inovatif ini meningkatkan kualitas hidup dan menargetkan kesehatan saraf jangka panjang pada pasien diabetes.

Ringkasan Mendengarkan

  • Neuropati diabetik, komplikasi diabetes mikrovasikuler, seringkali menunjukkan gejala yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B kompleks. Terutama, defisiensi Vitamin B1 (tiamin) sangat umum terjadi di antara penderita diabetes. Tiamin berperan penting dalam metabolisme karbohidrat dan regulasi glukosa, berdampak pada produksi energi dan fungsi saraf.
  • Tiamin, dalam bentuk aktifnya sebagai tiamin difosfat (TDP), bertindak sebagai ko-enzim untuk enzim metabolik kunci seperti piruvat dehidrogenase, alfa-ketoglutarat dehidrogenase, dan transketolase. Enzim-enzim ini sangat penting untuk mengubah karbohidrat menjadi energi, mengurangi toksisitas glukosa, dan menghasilkan molekul energi dalam siklus Krebs.
  • Kebutuhan Vitamin B1 bervariasi tergantung pada asupan karbohidrat dan laju metabolisme, biasanya berkisar antara 0,9 hingga 1,5 mg per hari untuk pria dan 0,8 hingga 1,1 mg untuk wanita. Sumber makanan meliputi daging, ikan, biji-bijian, sereal, kacang-kacangan, dan polong-polongan. Namun, memasak dan mengonsumsi makanan tertentu seperti kopi, teh, dan ikan mentah dapat mengurangi ketersediaan waktu. Defisiensi dapat disebabkan oleh asupan yang tidak cukup, gangguan penyerapan, peningkatan klirens ginjal (umum pada penderita diabetes), dan obat-obatan tertentu.
  • Defisiensi Vitamin B1 dapat menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat dan energi, yang mempengaruhi jaringan dengan kebutuhan tinggi seperti otak dan jantung. Gejala neurologi meliputi neuropati, kelemahan otot, dan gangguan neurokognitif, sedangkan komplikasi kardiovaskular meliputi insufisiensi jantung dan kegagalan jantung. Studi menunjukkan bahwa pasien diabetes seringkali menunjukkan kadar tiamin plasma yang lebih rendah, yang terkait dengan penyakit vaskular.
  • Benfotiamin, turunan vitamin B1 yang larut dalam lemak dan dihasilkan di laboratorium, menawarkan bioavailabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiamin tradisional. Ini adalah molekul yang berdifusi secara pasif dan memiliki penyerapan yang proporsional dengan dosis, sehingga dapat mengkompensasi defisiensi B1 secara lebih efektif. Benfotiamin berfungsi sebagai pro-drug, yang diubah menjadi tiamin dan TDP di dalam tubuh, meningkatkan aktivitas transketolase dan mengarahkan metabolisme glukosa ke jalur yang kurang berbahaya.
  • Uji klinis, termasuk studi BENDIB dan STURBAN, telah menunjukkan khasiat benfotiamin dalam mengobati polineuropati diabetik, khususnya dalam mengurangi rasa sakit. Menggabungkan benfotiamin dengan asam alfa-lipoat dapat memberikan bantuan segera dan perlindungan saraf jangka panjang.

Komentar