Manajemen perawatan intensif pasien transplantasi hati melibatkan pemantauan ketat pada periode pascaoperasi segera untuk mengatasi potensi komplikasi dan memastikan fungsi cangkok.
Penilaian cermat terhadap tanda-tanda vital, keseimbangan cairan, dan parameter laboratorium sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi seperti penolakan cangkok atau infeksi. Obat-obatan imunosupresif diberikan untuk mencegah penolakan organ, dan dosisnya disesuaikan dengan cermat berdasarkan pemantauan obat terapeutik. Menjaga stabilitas hemodinamik adalah yang terpenting, karena fluktuasi tekanan darah dan perfusi dapat memengaruhi fungsi cangkok dan hasil pasien. Pemantauan berkelanjutan terhadap tes fungsi hati, parameter koagulasi, dan fungsi ginjal membantu dalam identifikasi dini dan penanganan komplikasi potensial.
Strategi pencegahan infeksi, termasuk antibiotik profilaksis dan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda infeksi, merupakan bagian penting dari perawatan pascatransplantasi. Dukungan nutrisi sangat penting untuk mempercepat penyembuhan dan mendukung kebutuhan metabolisme dalam proses pemulihan pascatransplantasi.
Studi pencitraan rutin, seperti USG Doppler, membantu menilai aliran darah ke hati yang ditransplantasikan dan mengidentifikasi potensi komplikasi vaskular. Kolaborasi multidisiplin antara dokter bedah transplantasi, dokter spesialis perawatan intensif, dokter spesialis hepatologi, dan staf perawat sangat penting untuk perawatan pascatransplantasi yang komprehensif dan efektif. Edukasi pasien mengenai kepatuhan pengobatan, tanda-tanda komplikasi, dan pentingnya perawatan lanjutan memainkan peran penting dalam keberhasilan transplantasi hati jangka panjang.
Konsultan Senior Transplantasi Hati Anestesi & Perawatan Kritis Rumah Sakit AIG, Hyderabad
Komentar
Komentar
Anda harus login untuk meninggalkan komentar.