0,63 CME

Manajemen dan Profilaksis Delirium di ICU

Pembicara: Dokter Aklesh Tandelkar

SPESIALIS PERAWATAN KRITIS MD, EDIC, IDCCM, FIMSA, DA, FCPS, FISCCM

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Dr. Akhlesh Tandelkarr adalah Dokter Pendaftar Senior di Tata Memorial Hospital, Mumbai. Ia pernah menjadi Konsultan Asosiasi, PD Hinduja National Hospital, Mumbai, Asisten Profesor Anestesi dan Perawatan Kritis, LTMMC dan LTMGH, Sion Mumbai, dan Kepala Dokter Spesialis Intensif, Rumah Sakit Super Spesialis Nanavati. Ia telah mendapatkan sertifikasi Honor in Anatomy, Physiology, Medicine and Surgery, dan juga mendapatkan penghargaan Appreciation for Approach to patient. Ia juga telah menerima Penghargaan atas Layanan untuk Kemanusiaan dari Brihanmumbai Corporation of Greater Mumbai. Ia juga telah menerbitkan laporan Kasus tentang Anestesi untuk kasus Hemofilia yang rumit dengan keadaan darurat Ortopedi.

Ringkasan Mendengarkan

  • Delirium merupakan kondisi yang seringkali terlewatkan namun kritis dalam perawatan intensif dan gawat darurat kedokteran, sering disalahartikan sebagai gangguan jiwa yang disebabkan semata-mata oleh lingkungan ICU (disebut "ICU-osis"). Penciptaan dan pengobatan dini sangat penting untuk mengurangi masa inap di rumah sakit, biaya pengobatan, dan mencegah perkembangan delirium kronis atau gangguan fisiologis lainnya. Pemahaman klinis tentang delirium seringkali kurang, menyebabkan diagnosis terlewatkan dan intervensi yang tertunda.
  • Delirium ditandai dengan gangguan kesadaran, gangguan perhatian, dan perubahan kognisi atau persepsi yang berkembang dengan cepat dan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Sangat penting untuk membedakannya dari kondisi kejiwaan lainnya dan menggunakan sistem penilaian seperti CAM-ICU untuk membantu diagnosis. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap delirium di ICU, termasuk pengobatan yang berkepanjangan, prosedur traumatis, pengalaman yang tidak menyenangkan, kecemasan pasien, gangguan metabolisme, sedasi yang tidak mampu, dan analgesia.
  • Studi menunjukkan bahwa pasien ICU seringkali mengalami delirium, terutama mereka yang sakit parah. Delirium yang tidak ditangani dikaitkan dengan peningkatan mortalitas, masa inap ICU yang lebih lama, penggunaan sedasi yang lebih tinggi, polifarmasi, dan gangguan kognitif, berpotensi menyebabkan demensia. Tes kinerja kognitif mengungkapkan gangguan organisasi pikiran pada pasien mengigau, menyoroti keparahan kondisi tersebut.
  • Delirium hiperaktif, meskipun mudah dikenal dan diobati, dikaitkan dengan hasil yang lebih buruk daripada delirium hipoaktif, yang sering diabaikan. Pendekatan terstruktur, termasuk menilai perubahan status mental akut, gangguan perhatian, pemikiran yang tidak terorganisir, dan kesadaran yang berubah, sangat penting untuk diagnosis yang akurat. Alat seperti Richmond Agitation-Sedation Scale (RASS) dapat membantu memadukan tingkat sedasi dan mengidentifikasi mutasi yang menunjukkan delirium.
  • Pengelolaan delirium membutuhkan pendekatan multifaset, termasuk mengatasi penyebab yang mendasarinya seperti hipoksia dan gangguan metabolisme. Intervensi non-farmakologis seperti meningkatkan komunikasi, menciptakan lingkungan yang suportif, dan melibatkan anggota keluarga sangatlah penting. Mengoptimalkan intervensi farmakologis, meminimalkan polifarmasi, dan memiliki pendekatan yang berorientasi pada tujuan juga penting.
  • Meskipun antipsikotik seperti haloperidol dan quetiapine terkadang digunakan, penelitian belum secara meyakinkan menunjukkan manfaat signifikan dalam mortalitas atau lama hidup. Quetiapine telah menunjukkan janji dalam mengurangi durasi delirium. Manajemen farmakologis harus diimbangi dengan hati-hati dengan strategi non-farmakologis dan melibatkan tim multidisiplin.
  • Pengendalian nyeri yang optimal melalui analgesia dan sedasi yang memadai sangat penting untuk mencegah dan mengobati delirium. Analgo-sedasi, strategi yang menggabungkan analgesia dan sedasi, dapat meminimalkan kebutuhan sedasi yang berlebihan. Strategi seperti liburan sedasi harian dan uji pernapasan spontan dapat mengurangi hari ventilator, masa inap ICU, dan biaya terkait, yang mengarah pada peningkatan hasil pasien.
  • Manajemen delirium yang efektif memerlukan upaya terkoordinasi oleh dokter, perawat, apoteker, dan pekerja sosial. Setiap orang dalam tim harus mengikuti penilaian sedasi dan mematuhi tujuan bersama. Mendokumentasikan penilaian delirium menggunakan alat seperti CAM-ICU dan mengikuti rencana manajemen terstruktur merupakan kunci untuk meningkatkan hasil pasien di ICU.

Komentar