0,96 CME

Dispnea di UGD: USG sebagai Alat Diagnostik

Pembicara: Dr. Abdol Ghader Pakniyat

Spesialis Kedokteran Gawat Darurat & Kepala USG Gawat Darurat (POCUS), Rumah Sakit Swasta Al Zahra Dubai

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Dispnea, atau kesulitan bernapas, merupakan gejala umum dan mendesak yang terlihat di ruang gawat darurat (UGD). Ultrasonografi telah muncul sebagai alat diagnostik yang berharga untuk mengidentifikasi penyebab dispnea yang mendasarinya dengan cepat, seperti edema paru, efusi pleura, atau pneumotoraks. Dengan sifatnya yang non-invasif, mudah dibawa, dan kemampuan untuk memberikan hasil secara langsung, ultrasonografi memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan intervensi yang tepat sasaran. Sebagai pelengkap penilaian klinis, ultrasonografi membantu dokter UGD secara efisien mempersempit diagnosis potensial, meningkatkan hasil pasien, dan mengurangi waktu perawatan.

Ringkasan Mendengarkan

  • Kuliah ini fokus pada penggunaan ultrasonografi di ruang gawat darurat untuk pasien yang mengalami kesulitan bernapas. Kuliah ini menekankan pendekatan sistematis, dimulai dengan manajemen ABC (Airway, Breathing, Circulation) sebelum dilakukan penyelidikan apa pun. Pembicara menyoroti bahwa ultrasonografi melengkapi metode tradisional seperti foto rontgen dada dan CT scan karena kecepatan, aksesibilitas, dan sifat yang bebas radiasi, tekanan bahwa ini bukan pengganti tetapi alat untuk meningkatkan akurasi diagnostik. Namun, pelatihan yang memadai sangat penting untuk menghindari kesalahan interpretasi.
  • Presentasi ini membahas aspek teknis ultrasonografi paru, membahas pentingnya pemilihan probe (linier, lengkung, atau array bertahap) dan posisi pasien yang tepat. Paru-paru bagian menjadi tiga zona (anterior, lateral, posterior), masing-masing bagian menjadi dua, menciptakan skema pemeriksaan 12 titik. Penekanan utama adalah membedakan temuan ultrasonografi paru yang normal (garis pleura, garis A, tanda pantai dalam mode M) dari pola patologis.
  • Temuan patologis seperti garis B (menunjukkan cairan interstisial), efusi pleura (akumulasi cairan anechoic), pneumotoraks (tidak adanya geser paru, tanda barcode, titik paru), dan konsolidasi (menunjukkan pneumonia) dibahas. Pembicara tekanan bahwa keberadaan dan distribusi temuan ini dapat secara signifikan mengubah diagnosis banding.
  • "Protokol BLUE" disajikan sebagai metode ultrasonografi sistematis untuk menilai pasien dengan kesulitan bernapas. Protokol ini menguraikan langkah-langkah untuk mengidentifikasi pergeseran paru, profil B, profil A, dan trombosis vena untuk dengan cepat mendiagnosis kondisi seperti edema paru, pneumotoraks, eksaserbasi COPD, pneumonia, dan emboli paru. Kuliah diakhiri dengan studi kasus yang menampilkan temuan ultrasonografi dengan penilaian klinis untuk diagnosis dan pengobatan yang akurat.

Komentar