2,39 CME

Kanker dan Nutrisi - Peran Perawat

Pembicara: Dr. Sripriya Gopalkrishnan

Kepala Sekolah Sekolah Keperawatan Sadhu Vaswani, Pune

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Nutrisi memainkan peran penting dalam penanganan dan pemulihan pasien kanker, karena secara langsung memengaruhi kekuatan, kekebalan, dan toleransi pengobatan mereka. Perawat berperan sebagai penyedia layanan kesehatan utama dalam menilai status gizi, mendidik pasien dan keluarga tentang kebutuhan diet, dan bekerja sama dengan ahli gizi untuk membuat rencana nutrisi yang dipersonalisasi. Mereka juga memantau tanda-tanda malnutrisi, mengelola efek samping yang mengganggu makan (seperti mual atau mukositis), dan mendorong asupan cairan dan nutrisi yang cukup. Dengan mempromosikan nutrisi yang optimal, perawat membantu meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan hasil pengobatan, dan mendukung kesejahteraan pasien secara keseluruhan selama perawatan kanker.

Ringkasan Mendengarkan

  • Nutrisi sangat penting dalam perawatan kanker, mempengaruhi risiko, berdampak pada kesehatan selama pengobatan, dan mendukung pemulihan. Perawat memainkan peran penting dalam memberikan dukungan klinis, nutrisi, dan holistik kepada pasien. Malnutrisi mempengaruhi sebagian besar pasien kanker, terutama selama pengobatan, yang berdampak negatif pada hasil pengobatan dan tingkat kelangsungan hidup.
  • Diet sendiri tidak secara langsung menyebabkan kanker, tetapi pilihan makanan dapat meningkatkan atau menurunkan risiko. Obesitas merupakan faktor risiko signifikan terhadap banyak jenis kanker. Kanker dapat menyebabkan malnutrisi dan penurunan berat badan, mulai dari defisiensi ringan hingga cachexia parah, yaitu sindrom pengecilan tubuh.
  • Intervensi diet dapat melengkapi terapi kanker, meningkatkan efektivitasnya, dan meningkatkan hasil pasien. Rencana nutrisi yang disesuaikan yang mencakup nutrisi spesifik seperti antioksidan dan asam lemak omega-3 dapat bermanfaat. Perawat sangat penting dalam menilai dan mengelola kebutuhan nutrisi pasien kanker.
  • Penilaian nutrisi meliputi pengukuran antropometri, evaluasi status protein dan lemak, dan survei asupan makanan yang menyeluruh. Tes biokimia, seperti kadar albumin serum dan jumlah limfosit, memberikan data tujuan untuk penilaian nutrisi. Tantangan dalam menerapkan intervensi nutrisi termasuk kurangnya waktu dan pelatihan, ketidakpatuhan pasien, dan terbatasnya akses ke ahli gizi.
  • Berbagai tantangan yang ada dalam mengatasi kebutuhan nutrisi, termasuk faktor terkait kanker, efek samping pengobatan, dan faktor psikologis. Rencana diet yang dipersonalisasi, dukungan nutrisi, dan pemantauan rutin sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Identifikasi dini melalui skrining nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi dan pengasuh, serta edukasi pasien adalah strategi utama.
  • Pedoman nutrisi berdasarkan bukti dari organisasi seperti ASPEN dan ASCO menjamin dukungan nutrisi dini dan individu. Rekomendasi diet menekankan diet nabati yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh sambil membatasi makanan olahan dan gula. Beberapa penelitian menemukan bahwa program dukungan nutrisi yang dipimpin perawat, konseling diet, dan intervensi yang ditargetkan meningkatkan hasil pasien.
  • Pendidikan yang berlebihan harus diperkuat melalui pembelajaran berbasis kasus, lokakarya praktis, dan pelatihan interdisipliner. Edukasi dan dukungan pasien, termasuk panduan yang disesuaikan dan mengatasi informasi yang salah, sangat penting untuk memberdayakan pasien dalam membuat pilihan nutrisi yang tepat. Sensitivitas budaya, pertimbangan etis, dan otonomi pasien merupakan aspek penting dari perencanaan nutrisi.
  • Perawat memulai, membimbing, dan mempertahankan perawatan nutrisi, yang merupakan dimensi penting dari praktik perawatan. Mereka berperan sebagai pendidik, penyaring, dan koordinator, berkolaborasi dengan ahli gizi, ahli onkologi, dan pengasuh. Memberdayakan perawat melalui pelatihan terstruktur, alat penilaian standar, dan inovasi digital sangat penting untuk meningkatkan dukungan nutrisi yang dipimpin perawat.

Komentar