1,15 CME

Pendekatan terhadap Gangguan Pendengaran Sensorineural Mendadak

Pembicara: Dr. Rajesh Bhardwaj

Direktur, Medfirst Healthcare, New Delhi

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Satu keluhan umum yang dirujuk ke perawatan sekunder untuk mendapatkan perhatian dari dokter spesialis THT adalah gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural adalah dua kategori gangguan pendengaran. Sebagian besar gangguan pendengaran disebabkan oleh gangguan pendengaran sensorineural (SNHL), yang merupakan bentuk yang paling umum. Setiap penyebab gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem saraf pusat, saraf pendengaran, atau koklea disebut sebagai SNHL. Dokter spesialis THT, audiolog, radiolog, dan patologis wicara-bahasa harus menjadi bagian dari tim multidisiplin yang menyelidiki dan menyelesaikan evaluasi audiometrik komprehensif untuk pasien dengan gangguan pendengaran yang baru terjadi.

Ringkasan Mendengarkan

  • Kehilangan pendengaran sensorik mendadak (SSNHL) adalah hilangnya pendengaran yang tiba-tiba dan spontan, seringkali tanpa penyebab yang diketahui. Hal ini didefinisikan sebagai kehilangan pendengaran sensorik 30 desibel atau lebih besar pada setidaknya tiga frekuensi audiometri berurutan yang terjadi dalam waktu 3 hari atau kurang. Meskipun penyebab pastinya seringkali tidak diketahui, faktor-faktor etiologi yang potensial meliputi infeksi, penyebab autoimun, trauma, masalah vaskular, dan neoplasma, khususnya schwanoma vestibular.
  • Pasien biasanya mengalami kehilangan pendengaran secara tiba-tiba, kadang-kadang disertai tinitus, vertigo, atau perasaan penuh di telinga. Pasien lanjut usia, pasien diabetes, atau mereka yang awalnya mengalami vertigo atau berat memiliki prognosis yang buruk. Penggunaan obat ototoksik merupakan pertimbangan penting lainnya. Riwayat yang menyeluruh, termasuk kejadian pencetus potensial seperti trauma kepala atau perubahan tekanan, dan pemeriksaan kepala dan leher yang lengkap sangat penting untuk diagnosis.
  • Pemeriksaan penunjang meliputi audiogram, diskriminasi wicara nada murni, timpanometri, pengujian refleks stapes, dan MRI untuk menyingkirkan penyebab lain seperti tumor sudut serebelopontin atau multiple sclerosis. Patogenesis melibatkan potensi vaskulitis, epitop antigenik, atau robekan pada labirin membranosa. Penyebab traumatis dapat mencakup fistula perilimfe atau penyakit dekompresi telinga bagian dalam.
  • Strategi pengobatan meliputi penanganan kondisi yang mendasari dan pengelolaan gejala. Steroid, yang diberikan secara oral atau intratimpanik, adalah pengobatan utama. Agen antivirus dan vasodilator juga telah dieksplorasi. Dalam kasus traumatis, eksplorasi bedah dan penambalan perilimfe fistula mungkin diperlukan. Terapi oksigen hiperbarik kadang-kadang digunakan sebagai terapi penyelamat.
  • Prognosis dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk usia, adanya vertigo, derajat kehilangan pendengaran, dan waktu yang telah berlalu sejak timbulnya gejala. Diagnosis dan pengobatan yang cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang pemulihan dan meminimalkan komplikasi jangka panjang seperti residu tuli atau kebutuhan akan alat bantu dengar. Intervensi dini dan empati terhadap pasien sangatlah penting.

Komentar