0,16 CME

Pendekatan terhadap Penyakit Paru Interstisial-Studi Kasus

Pembicara: Dr. Deepak Muthreja

Alumni- Fakultas Kedokteran Universitas PD

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Penyakit paru interstisial menggambarkan sekelompok besar gangguan, yang sebagian besar menyebabkan jaringan parut progresif pada jaringan paru-paru. Jaringan parut yang terkait dengan penyakit paru interstisial pada akhirnya memengaruhi kemampuan Anda untuk bernapas dan mendapatkan cukup oksigen ke dalam aliran darah Anda. Hal ini dapat disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap bahan berbahaya, seperti asbes. Beberapa jenis penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, juga dapat menyebabkan penyakit paru interstisial. Namun, dalam beberapa kasus, penyebabnya masih belum diketahui. Setelah jaringan parut paru-paru terjadi, umumnya tidak dapat dipulihkan. Obat-obatan dapat memperlambat kerusakan penyakit paru interstisial, tetapi banyak orang tidak pernah mendapatkan kembali penggunaan penuh paru-paru mereka. Transplantasi paru-paru merupakan pilihan bagi sebagian orang yang memiliki penyakit paru interstisial.

Ringkasan Mendengarkan

  • Penyakit interstisial paru (PIP) mencakup beragam gangguan yang ditandai dengan keterlibatan umum interstitium paru, jaringan ikat antara kantung alveolus dan lobulus paru sekunder. Penyakit-penyakit ini memiliki manifestasi klinis, radiologis, dan histologis yang sama, sehingga memerlukan pendekatan yang cermat dan sistematis untuk diagnosis yang akurat.
  • PIP secara luas dipecah menjadi fibrosis pulmonal idiopatik (FPI) dan PIP non-FPI. FPI merupakan subkelompok yang paling penting karena prognosisnya buruk, biasanya dengan rata-rata kelangsungan hidup sekitar tiga tahun. Mengklasifikasikan PIP sebagai FPI atau non-FPI sangat penting untuk memandu strategi pengobatan dan mencegah perkembangan penyakit.
  • Diagnosis PIP seringkali mencakup pendekatan multidisiplin, termasuk evaluasi klinis, pencitraan radiologis, dan penilaian patologis. Riwayat yang menyeluruh yang fokus pada dispnea akibat aktivitas kronis, batuk, dan kelelahan sangat penting. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan suara seperti velcro pada auskultasi dan pembengkakan ujung jari (clubbing).
  • Pencitraan radiologi, khususnya computerized tomography resolusi tinggi (HRCT), memainkan peran penting dalam diagnosis PIP. Ciri-ciri utama yang perlu diidentifikasi pada pemindaian CT meliputi penebalan septum, bronkiektasis traksi, dan honeycombing. Memahami anatomi lobulus paru sekunder sangat penting untuk menginterpretasi pola CT.
  • FPI ditandai dengan pola HRCT spesifik yang dikenal sebagai pneumonia interstisial biasa (UIP), yang menampilkan distribusi yang dominan di daerah subpleura dan basal, opasitas retikuler heterogen, dan honeycombing dengan atau tanpa bronkiektasis traksi. Adanya pola UIP pada HRCT dapat sangat sugestif terhadap FPI, terutama ketika alternatif diagnosis telah disingkirkan.
  • Penatalaksanaan FPI terutama fokus pada memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup. Obat-obatan antifibrotik yang disetujui termasuk pirfenidon dan nintedanib, yang dapat memperlambat penurunan kapasitas vital paksa (FVC). Perawatan suportif, seperti terapi oksigen dan rehabilitasi paru, juga memainkan peran penting.
  • Pneumonia interstisial idiopatik lainnya meliputi pneumonia interstisial nonspesifik (PINS), penyakit paru interstisial terkait bronkiolitis respiratorik (RB-PIP), pneumonia interstisial desquamatif (PID), pneumonia organisatorik kriptogenik (POK), dan pneumonia interstisial akut (PIA). Entitas-entitas ini memiliki gambaran klinis, ciri radiologis, dan prognosis yang bervariasi.
  • PIP yang diinduksi obat dapat terjadi sebagai akibat paparan terhadap obat-obatan tertentu, terutama obat antikanker dan lainnya. Sangat penting untuk mengambil riwayat obat sebelum memberi label pasien sebagai I untuk menghindari masalah yang terkait dengan PIP yang diinduksi obat. Mengenali dan menghentikan agen penyebab sangat penting untuk penatalaksanaan.

Komentar