0,75 CME-nya

Ekokardiografi 2D pada Penyakit Katup Jantung

Pembicara: Dr.KK Kapur

Konsultan Senior Kardiologi Intervensional, New Delhi, India

Masuk untuk Memulai

Keterangan

Ekokardiografi dua dimensi (ekokardiografi 2D) merupakan alat diagnostik penting dalam penilaian penyakit katup jantung. Visualisasi Struktur Jantung: Ekokardiografi 2D memberikan citra jantung berkualitas tinggi secara langsung, yang memungkinkan penilaian ruang jantung, katup, dan struktur yang berdekatan. Ekokardiografi ini memungkinkan visualisasi yang tepat dari struktur dan fungsi katup jantung, termasuk katup mitral, aorta, trikuspid, dan pulmonal. Ekokardiografi 2D dapat mengukur tingkat penyempitan katup (stenosis), yang membantu menentukan tingkat keparahan kondisi tersebut. Ekokardiografi ini menilai tingkat kebocoran atau regurgitasi darah melalui katup, yang membantu dalam penilaian lesi regurgitasi. Teknik ini memberikan wawasan tentang ketebalan daun katup, mobilitas, dan kelainan struktural apa pun yang dapat memengaruhi fungsi katup. Ekokardiografi 2D membantu menilai dampak penyakit katup pada aliran darah, ruang jantung, dan hemodinamik secara keseluruhan. Alat ini dapat mengukur fraksi ejeksi, parameter penting yang mencerminkan kemampuan memompa jantung dan dapat dipengaruhi oleh penyakit katup. Alat ini memungkinkan pemantauan perkembangan penyakit dan respons terhadap pengobatan atau intervensi bedah dari waktu ke waktu.

Ringkasan Mendengarkan

  • Ekokardiografi, terutama dengan Doppler warna, merupakan teknik yang hemat biaya dan portabel untuk menilai katup jantung. Lesi katup muncul sebagai obstruksi (penyempitan) atau regurgitasi (kebocoran). Katup mitral dan aorta menjadi fokus utama, meskipun katup trikuspidalis dan pulmonalis juga dapat terlibat.
  • Stenosis mitral dapat digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat berdasarkan luas katup mitral, yang diukur melalui echo 2D atau 3D. Metode Doppler digunakan ketika jendela echo buruk, tetapi kurang akurat ketika kebocoran signifikan. Perhitungan waktu paruh tekanan dan pengukuran radius percepatan aliran menawarkan pendekatan alternatif untuk menilai luas katup mitral.
  • Keparahan regurgitasi mitral ditentukan oleh luas jet regurgitan, lebar vena kontrakta, dan perhitungan volume regurgitan. Vena kontrakta, bagian sempit dari jet, merupakan penanda kunci; lebarnya memburuk dengan parahnya regurgitasi. Aliran retrograde di vena pulmonalis menunjukkan regurgitasi berat.
  • Stenosis aorta dievaluasi menggunakan gradien tekanan seluruh katup aorta dan pengukuran luas katup aorta. Luas katup aorta, kecepatan puncak, rasio kecepatan, gradien tekanan rata-rata, dan luas katup aorta terindeks digunakan untuk mengklasifikasikan stenosis aorta sebagai ringan, sedang, atau berat.
  • Regurgitasi aorta diukur berdasarkan lebar jet relatif terhadap lebar LV, lebar vena kontrakta, dan metode volumetrik. Volume dan fraksi regurgitan menunjukkan keparahan. Aliran hitam di aorta descendens, yang diamati melalui pandangan suprasternal, menunjukkan regurgitasi aorta lebih dari sedang. Waktu paruh tekanan kurang akurat.
  • Regurgitasi trikuspidalis dinilai berdasarkan luas jet, lebar vena kontrakta, dan radius percepatan aliran. Pola aliran vena hepatika menunjukkan keparahan. Gelombang A dominan dalam aliran masuk trikuspidalis menunjukkan regurgitasi ringan, sedangkan gelombang E dominan menunjukkan regurgitasi berat. Stenosis pulmonalis diklasifikasikan berdasarkan kecepatan puncak dan gradien tekanan. Regurgitasi pulmonalis dievaluasi berdasarkan luas jet PR, lebar, dan waktu paruh tekanan.
  • Kinerja ventrikel kanan dalam konteks masalah katup dapat diukur dengan ukuran ukuran, menggunakan TAPSE, jaringan Doppler untuk mengukur kecepatan sistolik, dan FAC (perubahan luas fraksional). Echo 3D memberikan perhitungan fraksi ejeksi RV yang lebih baik.

Komentar